Kamis, 19 Agustus 2010

Gangguan Kepribadian Paranoid

Kepribadian paranoid ialah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang menonjol; orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang yang lain dianggap sebagai seorang agresor terhadapnya, ia harus mempertahankan dirinya. Ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan teman-teman dan mendapatkan banyak musuh.
Dalam kepribadian paranoid kita menemukan secara berlebihan kecenderungan yang sudah umum, yaitu suka melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, menolak apriori sifat-sifat orang lain yang tidak memenuhi ukuran yang telah dibuatnya sendiri. Untuk mempertahankan rasa harga diri, dibuatnya keterangan yang tidak masuk akal tentang kesalahan-kesalahannya, tetapi yang memuaskan emosinya sendiri. Sering diduganya bahwa orang lainlah yang tidak adil, bermusuhan dan agresif.
Hypersensitif, banyak curiga, iri hati dan cemburu, merasa diri penting, kecenderungan selalu menyalahkan orang lain dan mencurigai orang lain bermotivasi buruk terhadap dirinya. Ciri-ciri tersebut menghalangi penderita untuk mendapatkan hubungan interpersonal yang memuaskan.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 sampai 2,5 persen. Gangguan adalah lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita, dan gangguan tampaknya tidak memiliki pola familial. Insidensi di antara homoseksual tidak lebih tinggi daripada umumnya, seperti yang dulu diperkirakan, tetapi dipercaya lebih tinggi pada kelompok minoritas, imigran dan tunarungu dibandingkan populasi umum.
Kriteria diagnosis:
a.       Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
b.      Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam.
c.       Kecurigaan dan kecenderungan pervasive untuk menyalah artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
d.      Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik tentang hak pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
e.       Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual pasangannya.
f.       Kecenderungan untuk merasa dirinya pentinf secara berlebihan yang dinyatakan dalam sikap menyangkut diri yang menetap.
g.      Dirundung oleh rasa persengkongkolan dari suatu peristiwa terhadap baik diri pasien maupun dunia pada umumnya tanpa bukti.
Gambaran Klinis
Ciri penting dari gangguan kepribadian paranoid adalah kecenderungan yang pervasive dan tidak diinginkan dimulai pada masa dewasa awal dan ada dalam berbagai konteks untuk menginterpretasikan tindakan orang lain sebagai merendahkan atau mengancam secara disengaja. Sering kali pasien bertanya, tanpa pertimbangan, tentang loyalitas dan kejujuran teman atau teman kerjanya. Sering kali, orang tersebut adalah cemburu secara patologis, bertanya-tanya tanpa pertimbangan tentang kesetiaan pasangannya atau mitra seksualnya. Gagasan mengenai diri sendiri dan ilusi yang dipertahankan secara logis adalah sering ditemukan. Sembrono, isolasi sosial, kurang tegas atau kemarahan yang meledak dapat merespon pada terapi modifikasi prilaku. Pasien dengan gangguan adalah terbatas secara afektif dan tampak tidak memiliki emosi. Mereka kehilangan kehangatan dan terkesan dengan dan memberikan perhatian pada kekuatan dan urutan, mengekspresikan hinaan pada orang yang dipandangnya sebagai lemah, sakit, terganggu atau mengalami kekurangan dalam suatu hal. Dalam situasi social, orang dengan gangguan kepribadian paranoid mungkin tampak seperti sibuk dan efisisen, tetapi mereka sering kali menciptakan ketakutan atau konflik bagi orang lain.
Diagnosis banding:
1.      Skizofrenia paranoid
Dapat dibedakan karena halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid.
2.      Gangguan kepribadian ambang
Karena pasien paranoid jarang mampu terlibat secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien ambang.
Terapi
1.      Psikoterapi
Merupakan pengobatan terpilih. Tetapi ahli terapi harus mengingat bahwa kejujuran dan toleransi keintiman adalah bidang yang sulit bagi penderita gangguan. Psikoterapi individual memerlukan gaya professional yang tidak terlalu hangat. Pasien paranoid tidak bekerja dengan baik dalam psikoterapi kelompok. Klinisi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi, khususnya interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah seksual dan keinginan keintiman secara jelas meningkatkan ketidakpercayaan pasien. Tuduhan delusional harus dihadapi dengan cara yang realistic tetapi jelas tanpa menghina pasien. Penderita akan dilanda ketakutan apabila sang penolong adalah lemah dan tidak berdaya; dengan demikian, ahli terapi tidak boleh mengancam mengambil kendali kecuali mereka berdua mampu dan mau melakukannnya.
2.      Farmakoterapi
Berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Obat yang digunakan diantaranya: obat antiansietas (diazepam), antipsikotik (thiorizadine atau haloperidol).
By. Abdul Halim Harahap S.Ked
    07171094

Tidak ada komentar:

Posting Komentar