Minggu, 12 Desember 2010

Penelitian Kedokteran

1.Pendahuluan dan pengertian

Tujuan utama penelitian di bidang kedokteran, dan kesehatan pada umumnya, ialah mengumpulkan informasi bagi (a) perencanaan kegiatan medik- klinik maupun medik-sosial, dan (b) mengembangkan substansi ilmu kedokteran itu sendiri, baik dalam peringkat biologic, klinik, maupun social. Dengan demikian, penelitian kedokteran bukan sekedar kegiatan pengumpulan data klinik atau observasi perilaku individu maupun masyarakat di bidang kesehatan semata. Sebagaimana penelitian di bidang lain,
penelitian kedokteran lebih merupakan suatu way of thinking, yaitu cara bagaimana menilai suatu fenomena problematic dengan menggunakan teori yang ada, sehingga terindentifikasi dan terumuskan permasalahan utama yang dihadapi peneliti, bagaimana hipotesis yang bergayut (relevan) dikembangkan dan dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, dan bagaimana suatu model rancangan penelitian dipilih dalam rangka pembuktian kebenaran hipotesis dan mencari jawaban yang akurat bagi permasalahan tersebut. Repetisi pelaksanaan siklus penelitian harus disertai dasar pemahaman metodologi yang adekuat. Adekuasitas ini dapat dicapai dengan dua hal, yaitu : (a) penguasaan pokok-pokok metode keilmuan, dan (b) pemahaman alur penelitian.

Penguasaan metode keilmuan yang dimaksud ialah mampu berpikir secara ilmiah, yang biasanya digambarkan dengan sifat-sifat: kritis, obyektif, logis, analitis dan sistematis. Penguasaan metode keilmuan memang merupakan inti dari kemampuan penelitian seseorang. Hal ini dapat dipahami, karena pada hakekatnya metodologi penelitian merupakan bagian dari metode keilmuan itu sendiri. Mempelajari filsafat ilmu pengetahuan dalam banyak hal akan membantu sekali usaha seorang calon peneliti untuk dapat menguasai metode keilmuan secara lebih mendalam.

2.Alur Penelitian Kedokteran
Alur penelitian ialah kronologi prosedur yang dilakukan seorang peneliti dalam karya kepenelitiannya. Alur ini bukan sekedar apa yang mesti dilalui, tetapi lebih merupakan strukturisasi atau hubungan metodologik yang berkesinambungan. Alur yang dimaksud dapat dilihat pada skema berikut.

II.TIPOLOGI PENELITIAN KEDOKTERAN
II.1.Penelitian Experimental dan Non-Eksperimental
Berdasarkan proses bagaimana variabel penelitian diamati, peelitian kedokteran dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu penelitian experimental dan noneksperimental. Ciri pokok yang membedakan keduanya yaitu menyangkut ada tidaknya intervenís peneliti terhadap subjek penelitian, atau ada-tidaknya unsur “manipulasi” yang dilakukan peneliti.Penelitian Experimental ahíla penelitian yang observasinya dilakukan terhadap efek dari manipulasi peneliti terhadap satu atau sejumlahciri ( variabel) subjek penelitian. Sementara penelitian noneksperimental ahíla penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) suyek menurut apa adanya (innature) tanpa manipulasi atau intervenís peneliti. Istilah manipulasi atau intervensi yang dimaksud disini ialah setiap tindakan terhadap subjek penelitian, yang dengan tindakan tersebut menimbulkan efek dan efek inilah yang kemudian dipelajari.

Dengan demikian tidak setiap tindakan penelitian , sampai pun seberat tindakan pembedahan misalnya, merupakan manipulasi kalau tindakan itu bukan untuk dipelajari efeknya. Sebagai contoh misalnya, penelitian terhadap jenis batu kandung empedu, yang dalam pelaksanaannya dilakukan pembedahan, bukanlah suatu penelitian eksperimental karena pada penelitian ini bukan efek dari tindakan peneliti ( pembedahan ) yang dipelajari, tetapi jenis batunya. Lain halnya kalau yang dipelajari efek kesembuhan luka operasi, dengan memperbandingkan model insisi epigastrium yang horizontal, vertical atau oblikual pada pembedahan tersebut misalnya jenis penelitian ini termasuk eksperimental.

Penelitian Eksperimen atau percobaaan ( experiment research) adalah kegiatan percobaan (experiment), yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial . Semula penelitian percobaan ini hanya dilakukan pada bidang “ science “ atau sains ( ilmu pengetahuan eksakta ) saja, tetapi lambat laun berkembang , sehingga sampai saat ini penelitian eksperimen juga dilakukan pada penelitian bidang ilmu – ilmu sosial, ilmu pendidikan, dan ilmu kesehatan

Dikenal dua macam penelitian experimental, yaitu penelitian eksperimenal MURNI dan penelitian experimental KUASI (sering juga disebut experimental semu). Penelitian experimental murni ahíla penelitian yang memungkinkan peneliti mengendalikan hampir semua variabel luar (variabel pengacau), sehingga perubahan yang terjadi pada efek (variabel yang dipelajari ) hampir sepenuhnya karena pengaruh perlakuan (variabel experimental). Sementara penelitian experimental kuasi ahíla peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel luar.

Dalam penelitian eksperimen atau percobaan, peneliti melakukan percobaan atau perlakuan terhadap variable independennya, kemudian mengukur akibat atau pengaruh percobaan tersebut pada dependen variable. Yang dimaksud percobaan atau perlakuan disini adalah suatu usaha modifikasi kondisi secara sengaja dan terkontrol dalam menentukan peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap perubahan yang terjadi akibat dari peristiwa tersebut. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk menguji hipotesis sebab akibat dengan melakukan intervensi. Oleh sebab itu sering disebut penelitian intervensi ( intervension studies ).

Ditinjau dari segi manfaat atau kegunaannya, penelitian kesehatan dapat digolongkan menjadi :
1. Penelitian dasar ( basic of fundamental research )
Penelitian ini dilakukan untuk memahami atau menjelaskan gejala yang muncul pada suatu ikhwal. Kemudian dari gejala yang terjadi pada ikhwal tersebut dianalisis, dan kesimpulannya adalah merupakan pengetahuan atau teori baru. Jenis penelitian ini sering juga disebut penelitian murni atau disebut “pure research” karena dilakukan untuk merumuskan suatu teori baru atau dasar pemikiran ilmiah tentang kesehatan/ kedokteran. Misalnya penelitian tentang teori penyebab kanker, penelitian kloning, bayi tabung dan sebagainya.

2. Penelitian terapan ( aplied research )
Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi proses suatu system atau program, dengan menerapkan teori-teori kesehatan yang ada. Dengan kata lan penelitian ini berhubungan dengan penerapan suatu system atau metode yang terbaik sesuai dengan sumber daya yang tersedia untuk suatu hal atau suatu keadaan. Artinya, penelitian dilakukan sementara itu system baru tersebut diuji coba dan dimodifikasi. Penelitian terapan ini sering disebut penelitian operasional ( operasional research ). Contoh penelitian untuk mengembangkan system pelayanan terpadu di puskesmas.

3. Penelitian tindakan ( action research )
Penelitian ini dilakukan terutama untuk mencari suatu dasar pengetahuan praktis guna memperbaiki suatu situasi atau keadaan kesehatan masyarakat, yang dilakukan secara terbatas. Biasanya penelitian ini dilakukan terhadap suatu keadaan yang sedang berlangsung. Penelitian ini biasanya dilakukan dimana pemecahan masalah perlu dilakukan, dan hasilnya diperlukan untuk memperbaiki suatu keadaan. Misalnya penelitian tindakan untuk peningkatan kesehatan masyarakat transmigrasi.

4. Penelitian evaluasi ( evaluation research )
Penelitian ini dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap suatu pelaksanaan kegiatan atau program yang sedang dilakukan dalam rangka mencari umpan balik yang akan dijadikan dasar untuk memperbaiki suatu program atau system.
Penelitian evaluasi ada dua tipe, yaitu : tinjauan ( review ) dan pengujian ( trial ). Penelitian evaluasi yang bersifat tinjauan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program itu berjalan, dan sejauh mana program tersebut mempunyai hasil atau dampak. Misalnya penelitian untuk mengevaluasi keberhasilan program imunisasi, program perbaikan sanitasi lingkungan, program keluarga berencana dan lain sebagainya.Sedang penelitian pengujian atau trials dilakukan untuk menguji efectivitas dan efisiensi statu pengobatan atau program-program. Biasanya penelitian ini dilkukan untuk menguji keampuhan dari suatu produk obat baru atau sistem pengobatan yang lain. Oleh sebab itu jenis penelitian ini lebih dikenal dengan nama penelitian klinik atau clinical trials.
Ditinjau dari segi tujuan, penelitian kesehatan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu penelitian penjelejahan(eksploratorif), penelitian pengembangan, dan penelitian verifikatif . penelitian penjelajahan bertujuan untuk menemukan problematik-problematik baru dalam dunia kesehatan atau kedokteran. Penelitian pengembangan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan atau teori baru dibidang kesehatan atau kedokteran. Sedangkan penelitian verifikatif bertujuan untuk menguji kebenaran suatu teori dalam bidang kesehatan atau kedokteran.
Dari segi tempat atau sumber data dari mana penelitian itu dilakukan, jenis penelitian kesehatan dibedakan menjadi; penelitian perpustakaan(library research), penelitian laboratorium(laboratory research), dan penelitian lapangan(field research).Penelitian perpustakaan dilakukan hanya dengan mengumpulkan dan mempelajari data dari buku-buku literatur, laporan-laporan, dan dokumen-dokumen lainnya yang telah ada di perpustakaan. Penelitian laboratorium dilakukan didalam laboratorium, pada umumnya digunakan dalam penelitian-penelitian klinis. Sedangkan penelitian lapangan, dilakukan dalam masyarakat, dan masyarakat dan masyarakat sendiri sebagai objek penelitian.
Dari segi area masalah kesehatan, penelitian kesehatan dikelompokkan menjadi dua yaitu penelitian klinik termasuk keperawatan dan penelitian kesehatan masyarakat.Penelitian klinik atau kedokteran termasuk keperawatan dilakukan di pelayanan kesehatan dengan sasaran orang sakit atau pasien. Sedangkan penelitian kesehatan masyarakat biasanya dilakukan dalam masyarakat, dengan sasaran orang yang sehat dalam rangka pencegahan dan pemeliharaan kesehatan mereka.
II.2.Penelitian Epidemiologik
Penelitian epidemiologik adalah jenis penelitian yang mengkaji problema kesehatan dengan menggunakan pendekatan komunitas.Bahkan pendekatan komunitas atau kelompok masyarakat inilah yang menjadi ciri utama penelitian epidemiologik. Sejalan dengan istilah epidemiologi sendiri, dengan penelitian epidemiologik dapat diungkap (a) kejadian,distribusi dan determinan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu dalam masyarakat (b) faktor – faktor resiko apa yang berperan pada status kesehatan atau penyakit tertentu.
Secara umum penelitian epidemiologik mempunyai tiga kegunaan :
(1) Untuk kepentingan diagnosis, yaitu menyusun diagnosis comunitas (community diagnosis) atau diagnosis kelompok (group diagnosis).
(2) Untuk kepentingan penelusuran patogénesis penyakit, yaitu mempelajari aspek etiologi dan pengembangan penyakit.
(3) Untuk kepentingan evaluasi program, yaitu sebagai statu sarana untuk menilai suatu tindakan pelayanan kesehatan masyarakat tertentu.
Dikenal dua macam penelitian epidemiologik yaitu (1) penelitian epidemiologik intervenís, (2) survei epidemiologik. Survei epidemiologik dapat dibagi dua, yaitu : (a) survei deskriptif, dan (b) survei analitik.

II.2.1.Penelitian Epidemiologik Intervensi
Penelitian intervenís hádala penelitian experimental yang dilakukan terhadap masyarakat. Peneliti memberikan perlakuan atau manipulasi masyarakat, kemudian efek perlakuan tersebut diobservasi, baik secar individual maupun kelompok.
II.2.2. Survei Epidemiologik
Berbeda dengan penelitian intervensi, pada survei epidemiologik, baik deskriptif maupun analitik (sebagai penelitian epidemiologik non-eksperimental) kedalaman analisis mekanisme sebab-akibat tidak dapat diperoleh. Hal ini disebabkan karena pada survei epidemiologik observasi dilakukan pada fenomena kesehatan (factor-faktor resiko dan efek) dalam keadaan “apa adanya”, tanpa manipulasi.
Survei Deskriptif. Survei epidemiologik deskriptif ahíla suatau penelitian yang tujuan utamanya melakukan eksplorasi-deskriptif terhadap fenomena kesehatan masyarakat, baik yang berupa factor resiko maupun efek. Penelitian ini hanya menyuguhkan sedeskriptif mungkin fenomena tersebut, tanpa mencoba menganalisis bagaimana dan mengana fenomena tersebut terjadi.
Survei analitik. Pada survei epidemiologik analitik, peneliti mencoba menggali bagaimana dan mengana fenomena kesehatan masyarakat itu terjadi, yaitu dengan melakukan analisis dinamika korelasi antar fenomena, baik antara factor resiko dengan efek, antar resiko maupun antar efek. Dari analisis korelasi tersebut dapat didekati seberapa besar kontribusi factor resiko tersebut dapat didekati seberapa besar kontribusi factor resiko tertentu terhadap kejadian efek yangdipelajari. Dikenal tiga macam survei epidemiologik analitik, yaitu (a) survei epidemiologik cross sectional, (b) survei epidemiologik case control, dan (c) survei epidemiologik cohort.
Penelitian Cross Sectional. Survei cross sectional merupakan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan model pendekatan atau observasi sekaligus pada statu saat, atau point time approach.
Penelitian Case Control. Berbeda dengan penelitian cross sectional , model pendekatan yang digunakan pada penelitian case control dan penelitian cobort ahíla pendekatan waktu secara longitudinal, atau period time approach.
Penelitian Cobort, pada penelitian cobort bukan efek yang dipegang dulu, tetapi kausa (factor resiko) diidentifikasi, kemudian diikuti secara prospektif sampai periode tertentu untuk kemudian ditentukan ada tidaknya efek (penyakit atau status kesehatan tertentu yang diteliti). Berbeda dengan case control pada penelitian cobort yang diidentifikasi dulu justru individu yang tidak berpenyakit (karakter efek negatif), kemudian dari mereka dipilih subjek-subjek dengan factor resiko ( kausa) positif.

II.2.3.Penelitian Evaluatif
Penelitian yang dimaksudkan untuk menilai tingkat kesehatan, usa penyehatan, atau tindakan medik tertentu yang ada pada masyarakat maupun di klinik. Dikenal dua macam penelitian evaluatif, yaitu (a) revió program dan (b) trial.
II.2.3.1.Review Program
Review program, terutama bertujuan untuk menilai kelengkapan sarana atau upaya peningkatan kesehatn dalam masyarakat. Review program tidak mengobservasi bagaimana tingkat kesehatan dalam anggota masyarakat, melainkan mengobservasi program atau pelayanan kesehatan tertentu. Sebagai contoh upaya yang dinilai ialah : imunisasi,abatisasi air, puskesmas atat institusi pelayanan kesehatan lain dan sebagainya. Dari uraian tersebut diketahui, bahwa sesungguhnya review program bukan merupakan suatu penelitian, tetapi lebih merupakan suatu observasi atau survey superficial. Review program ini sering dilakukan oleh instansi resmi yang membidangi masalah kesehatan.
II.2.3.2.Trial
Berbeda dengan review program, trial benar-benar suta jenis penelitian, oleh karena langkah-langkah metodologik sebagaimana diuraikan didepan dilalui. Tujuan utama trial adalah menilai atau menguji suatu tindakan medik tertentu, baik yang dilakukan kepada individu maupun kepada masyarakat. Tindakan medik yang dimaksud meliputi aspek-aspek : preventif, diagnostic, kuratif maupun rehabilitatif.
Dikenal dua macam trial, yaitu (1) yang ditujukan pada individu, disebut trial klinik, dan (2) yang ditujukan pada masyarakat, disebut trial program..
Dengan uraian tersebut diketahui bahwa pengertian trial mempunyai cakupan yang cukup luas, baik dari tindakan medik yang dinilai maupun dari sasaran penelitian. Pengertian trial sering disempitartikan hanya sebagai trial klinik dibidang kuratif saja, dan ini pun hanya menyangkut pengujian terhadap obat saja. Trial baik yang berupa trial program maupun trial klinik, pada umumnya menggunakan metode eksperimen. Namun demikian, karena keterbatasan tekhnik metodologik maupun etik, trial lebih sering merupakan eksperimen kuasi daripada eksperimen murni.
Trial dalam makna yang sempit, adalah suatu penelitian eksperimental (murniatau kuasi) yang bertujuan untuk menilai derajat kemanjuran dan keamanan suatu obat. Penelitian trial, obat pada manusia ini ada dua tahap, yaitu : (1) tahap prapasar, yang meliputi efek farmakologik (kinetika dan khasiat), efek penyembuhan dikaitkan dengan penyakit tertentu, dan keamanan atau efek sampingnya; (2) tahap pascapasar, yang meliputi semua aspek diatas.

II.3.4.Penelitian laboratorium dan penelitian lain
Penelitian laboratorium adalah penelitian yang pelaksanaannya (observasi dan pengukurannya) dilakukan di laboratorium. Penelitian ini merupakan jenis penelitian apa pun yang terutama pengukurannya dilakukan di laboratorium. Penelitian laboratorium dapat merupakan suatu eksperimen, survey, atau trial asal observasi utamanya dilakukan dengan menggunakan peralatan dan metode dalam laboratorium.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian laboratorium pada umumnya berkaitan denagn upaya optimasi pengukuran yang dilakukan baik menyangkut metode maupun alat yang digunakan. Dengan demikian masalah obyektivitas, validitas, dan reabilitas merupakan hal yang mendapat prioritas utama.

III.Identifikasi dan perumusan masalah
Bagaimana suatu masalah penelitian timbul? Permasalahan akan muncul apabila ada “kesenjangan” antara teori (what should be) dengan kenyataan yang dijumapi (what is). Sudah dijumpai, bahwa pada kenyataannya sering dijumpai adanya fenomena-fenomena kedokteran biologic, klinik, maupun social, yang bertentangan atau tidak dapat diterangkan dengan teori kedokteran yang ada atau fakta empirik temuan penelitian terdahulu. Adanya kesenjangan tersebut menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, yaitu ,mengapa kesenjangan terjadi, dan dari pertanyaan inilah permasalahan penelitian dapat dikembangkan.
Pertanyaan selanjutnya ialah, mestikah setiap kesenjangan dapat dikembangkan menjadi permasalahan penelitian? Ternyata tidak semuanya. Ada kondisi-kondisi yang perlu dipenuhi. Dari uraian di atas dapat dirangkum adanya suatu kondisi problematic tertentu, yang daripadanya suatu penelitian dikembangkan, yaitu:
(1) Adanya kesenjangan antara yang seharusnya ( teori atau maupun fakta empirik temuan penelitian terdahulu) dengan kenyataan medik yang dihadapi.
(2).Dari kesenjangan tersebut dapat dikembangkan pertanyaan, mengapa kesenjangan itu terjadi.
(3)Pertanyaan tersebut memungkinkan untuk dijawab, dan jawabannya lebih dari satu kemungkinan.
Tiga kondisi tersebut merupakan suatu prasarat agar suatu permasalahan penelitian dapat diidentifikasi dan dirumuskan. Dengan demikian, pengertian permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai:
“pertanyaan tentang situasi problematic yang timbul dari kesenjangan antara kenyataan dengan teori atau fakta empirik penelitian terdahulu, yang memungkinkan untuk dijawab, dan terdapat lebih dari satu kemungkinan jawaban”.

3.2.Signifikansi masalah penelitian
Uraian berikut menggambarkan seberapa jauh tigkat kepentingan, (signifikansi) permasalahan penelitian yang dimaksud.
Pertama, perumusan masalah merupakan langkah awal yang menentukan bagi penyusunan marantai metodologik berikutnya. Ia merupakan petunjuk bagi model kerangka teoritis yang dikembangkan untuk penyusunan hipotesis, termasuk bagaimana hipotesis tersebut dirumuskan.Ia juga memberi arah bagaimana operasionalisasi hipotesis dilakukan, sehingga terindetifikasi variabel-variabel penelitian yang bergayut (relevan) dengan permasalahan penelitian (populasi, sample, dan pemilihannya), maupun mengenai instrumentasinya (pemilihan atau pengembangn metode dan alat pengukuran penelitian).
Kedua, dengan perumusan maslah yang baik, seorang peneliti dapat mengetahui “prognosis” penelitian yang akan dilakukan.Prognosis ini penting bagi peneliti, disamping merupakan warning, juga untuk menumbuhkan antisipasi peneliti dalam menghadapi kendala atau kesulitan yang mungkin timbul. Ketiga, dari rumusan permasalahan dapat dilakukan konfirmasi ketetapan judul dan tujuan penelitian yang ditetapkan.
Keempat, dari rumusan masalah dapat diketahui seberapa jauh penelitian yang akan dilakukan cukup berbobot dan orisinal .Hal ini penting bagi peneliti , terutama hasil penelitian yang dilakukan berkaitan dengan suatu persyaratan khusus untuk dipenuhi .
3.3.Rumusan masalah yang adekuat
Pada aspek susbstansi atau isis permasalahan , ada dua hala yang perlu diperhatikan , yaitu : masalah bobot dan orisinalitas
Pertama, masalah bobot atau niai kegunaannya. Penilaan mengenai bobot ini memang tidak ada patokan yang baku, tidak ada “alat pengukur”mengenai bobot suatu penelitian. Namun demikian, mengenai aktualitas atau bobot masalah ini setidak-tidaknya dapat didekati dengan melihat kemanfaatan atau kegunaannya pada tiga hal , yaitu apakah dengan terjawabnya permasalahan, penelitian akan :
1) Mempunyai arti bagi perkembangan substansi ilmu (kegunaan teoritik) atau
2) Mempunyai arti bagi perkembangan metodologi , yang dalam penelitian kedokteran akan berkaita dengan penelitian trial klinik,missalkan ditemukannya metode atau cara baru dibidang preventif,diagnostic kuratif atau rehabilitatif misalnya (kegunaan metodologik), atau
3) Mempunyai kegunaan praktis dalam praktek sehari-hari, baik di biang kedokteran laboratorik, klinik, maupun masyarakat (nilai aplikatif)
Satu atau dua dari tiga kegunaan ini harus terpenuhi agar permasalah penelitian dapat mendekati kriteria berbobot.
Kedua, masalah orisinalitas penelitian. Maksudnya ialah bahwa permasalahan yang diajukan belum terjawabkan oleh teori maupun penelitian yang pernah dilakukan. Dlam kaitan dengan pegertian orisinalitas ini, sering muncul pertanyaan tentang penelitian yang bersifat “replikasi” dari penelitian yang sama tetapi dilakukan si tempat lain.Mengenai aspek formulasi rumusan permasalahan penelitian, ada dua hal penting, yaitu:Pertama, rumusan hedaknya diajukan dalam bentuk pertanyaan yang jelas, tajam dan akurat menyangkut inti permasalahan yang dikehendaki Kedua, rumusan mempermasalahkan hubungan antara duavariabel atau lebih.Mengenai aspek teknis , perlu diperhatikan masalah kelayakan penelitian itu sendiri. Maksidnya, mungkinkah permasalahanyang dirumuskan dapat dijawab secara empirik ? Jawaban atas pertanyyan ini akan menyangkut beberapa pertimbangan, yaitu:
a).Pertimbangan peneliti, yaitu mngenai bekal pengetahuan dasar yang berkautan dengan
obyek penelitian yang dihadapi, adanya motivasi, tersedianya waktu yang cukup , dan ketrampilan peneliti
b).Pertimbangan metodologik, maksudnya sejauh mana pemahaman teoritik dan kemampuan praktis di bidang metodologi telah atau dapat dikuasai oleh peneliti.
c). Pertimbangan tersedianya fasilitas dan prasarana penelitian, yang meliputi :bahan, biaya, peralatan, dan sebagainya.
3.4.Sumber masalah penelitian
Sikap mandii dalam menemukan dan mengolah prmasalahn penelitian memang bukan suatu yang mudah. Pengembangan sikap mandiri ini merupakan hal yang vital dalam meningkatkan kemempuan dalam penelitian seseorang .
Sikap kemandirian bau dapat dicapai apabila penelitian bersifat aktif dalam mencari dan menemukan masalah. Untuk ini ada beberapa hal untuk membantu peneliti mewujudkan sikap mandiri tersebut, yaitu:
(a). Kepekaan, kepekaan peneliti dalam’menangkap’ fenomena problematik yang terjadi dalam praktek, baik laboratorium, klinik, maupun masyarakat
(b). Persiapan, peneliti akan pengetahuan teori da informasi penelitian-penelitian terdahulu di bidang ilmu yang di tekuni.
(c). Ketekunan, peneliti mengikuti perkembangan mutakhir pada bidang ilmu yang di tekuni.
Ketiga hal tersebut merupakan sifat yang saling kait-mengait dalam menngkatkan kesegiaan peneliti mencari dan mengembangkan permasalahan.
Berbagai sumber dari mana permasalahan penelitian dapat diperoleh dan dikembangkan antara lain adalah :
1.Sumber kepustakaan
Bagi seorang yang aktif mengikut perkembangan bidang ilmunya dengan menekuni kepustakaan mutakhir, akan dengan mudah mengetahui adanya bidang-bidang tertentu yang belum terpecahkan atau terjawab dengan penelitian yang ada, jadi adanya suatu risearch gap.
2.Sumber Forum Pertemuan
Dari forum pertemuan ilmiah biasanya akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang tidak terpecahkan dalam diskusi-diskusi.
3.Sumber pengalaman Praktek
Yang dimaksud observasi lansung dalam praktek ialah pengalaman seorang peneliti, baik ia bekerja di klinik, laboratorium, maupun dilapangan, merupakan fenomena yang tidak sesuai atau terjelaskan dengan teori yang ada
3.5.Mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian
Ada 4 langkah yang harus dilalui, yaitu langkah-langkah : persiapan , konfirmasi awal, konfirmasi akhir, dan formulasi akhir.
Langkah konfirmasi awal adalah menilai apakah rumusan masalah yang disusun dalam langkah persiapan diatas telah memenuhi kriteria rumusan yang adekuat.
Langkah konfirmasi akhir adalah mengkonsultasikan hasil rumusan masalah penelitian yang disusun pada langkah konfirmasi awal pada kolega senior, pembimbing, atau siapa yang dirasa berkompenten di bidang ilmu yang akan diteliti
Formulasi akhir. Pada tahap ini dirumuskan kembali permasalahan penelitian dan latar belakang yang yeng telah dkonsultasikan pada pihak yang berkompeten.

IV.Dasar – Dasar Instrumentasi Dan Pengukuran
Untuk dapat memahami pengertian dan fungsi instrumentasi sebagai salah satu matarantai kegiatan penelitian, perlu di kaji kedudukan instrumentasi dalam model pembuktian hipotesis. Dari satu segi penelitian dapat dipandang sebagai serangkaian kegiatan dalam rangka pembuktian kebenaran hipotesis. Dalam kaitan ini, intrumentasi ( dan pengukuran ) merupakan alat utama bagi upaya pembuktian tersebut, yaitu dengan beranjak dari rancangan penelitian yang dipilih, peneliti dapat mengobservasi variabel – variabel penelitian.
Dengan demikian pengertian instrumentasi dapat di definisikan sebagai : “ proses pemilihan atau pengembangan metode dan alat ukur yang tepat dalam rangka pembuktian kebenaran hipotesis”.
Dapat di ambil kesimpulan bahwa hipotesislah yang menentukan metode dan alat pengukuran dan bukan sebaliknya. Dengan kata lain, instrumentasi merupakan “variabel tergantung” terhadap variabel penelitian. Oleh karenanya, yang menjadi dasar bagi kegiatan instrumentasi ialah landasan teoretik yang digunakan dalam menyusun hipotesis dan operasionalisasinya. Dasar pemikiran ini perlu di tekankan, karena banyak peneliti muda yang berpikir secara “terbalik”, yaitu memilih dulu metode dan alat ukur yang ada baru menentukan variabel penelitiannya, atau memilih metode atau alat ukur yang sama sekali tidak cocok dengan landasan teoretik yang melatar-belakangi variabel penelitian.
Pengukuran merupakan implementasi instrumentasi yang dikenakan pada variabel – variabel penelitian, sehingga diperoleh data penelitian. Untu dapat memahami hakekat pengukuran, lebih dulu perlu di kaji pengertian data itu sendiri dan kaitannya dengan aspek metodologik.
Data, bentu jamak dari datum, mrupakan manifstasi dari realiats (kebenaran), dan bukan kebenaran itu sendiri.data hanya merefleksikan realita yang sesungguhnya. Pengukuran merupakan suatu kerangka-kerja operasional yang mengusahakan agar fakta atau fenomena diletakkan sedemikian rupa sehingga makna terlihat lebih nyata, lebih mendekati realitas sesungguhnya. Secara umum, dikenal dua macam data, yaitu data literal dan data observasional. Dat literal (data historik)ialah data yang diperolej dengan melakukan pencatatan terhadap kejadian atau fenomena yang telah berlalu. Dalam dunia kedokteran, data ini dapat diperoleh dengan cara anamnesis maupun mempelajari catatan yang ada (sebagai data sekunder).
Data observasional ialah data yang diperoleh dengan melakukan observasi langsung terjhadap fenomena. Dalam dunia kedokteran, data ini diperoleh dengan cara pemeriksaan klinik, pemeriksaan laboratorik, maupun pemeriksaan langsung yang lain. Walaupun kedua jenis cara pengukuran data tersebut dilakukan dalam penelitian kedokteran, tapi uraian tentang pegukuran berikut terutama akan menyoroti pngukuran data observasional.
Pengukuran, secara sederhana dapat didefenisikan sebagai :
”Pemberian batas-kuantifikasi tertentu pada vaiabel sehingga dapat diketahui nilai atau besaran variasinya”.
Bagaimana tingkat kecermatan batas tersebut dapat diidentifikasi, ditentukan oleh jenis variabelnya. Konsep tingkat pengukuran (level of measurement) variabel adalah beranjak dari pengertian di atas. Makin jelas batas kuantifikasi tersebut dapat diidentifikasi, maka hasil pengukuran lebih ke arah skala rasional. Sebaliknya, kalau kuantifikasi tidak mungkin dapat dilakukan, dan batas hanya membedakan satu nilai dari yang lain, maka hasil pengukuran yang diperoleh berupa data berskala nominal.
5.Macam dan Kaidah Pengukuran
Dari uraian di atas dimengerti bahwa pengukuran dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (1) pengamatan kualitatif dan (2) pengamatan kuantitatif. Pengamatan kualitatif ialah : ”penetapan atau identifikasi terhadap adanya (atau tidak adanya) nilai nominal variabel tertentu pada suatu subjek”. Sementara, pengamatan kuantitatif ialah : ”penetapan atau identifikasi besar-kecilnya (magnitude) niali variasi suatu variabel, atau, kuantifikasi terhadap variasi nilai dari suatu variabel”.
Baik pengukuran kualitatif maupun kuantitatif, keduanya harus berpijak pada kaidah pokok pengukuran, yaitu obyektivitas, validitas dan reliabilitas. Tiga kaidah inilah yang merupakan petunjuk bagi peneliti untuk mendekatkan data hasil penelitiannya dengan realitas yang sesungguhnya.
Obyektivitas mengandung arti bahwa pengukuran yang dilakukan benar-benar terbebas dari bias peneliti, sehingga menghasilkan data menurut ”apa adanya”. Bias di sini dapat berupa kecondongan pada perkiraan atau harapan peniliti, maupun kecondongan pada kenyataan umum (yang biasanya terjadi).
Kaidah validitas mempertanyakan : apakah pengukuran yang dilakukan benar-benar mengukur apa yang memang dikehendaki untuk di ukur, atau adakah ketergayutan antara metode dan alat ukur dengan obyek ukur? Kalau kita akan mengukur akan mengukur kekuatan otot misalnya, apakah pengukuran yang kiata lakukan benar-benar mengukur kekuatannya dan bukan ketahan atau derajat kontraksinya.
Kaidah reabilitas akan mempertanyakan: akurasi, konsistensi atau stabilitas pengukuran. Data yang reliabel berarti data yang benar-benar mencerminkan nilai yang sesungguhnya dari variabel yang diukur.
1. Pengukuran (pengamatan) Kualitatif
Pengukuran kualitatif adalah menentukan ada atau tidaknya nilai atau ciri tertentu pada subjek penelitian. Dengan pengukuran kualitatif ini hanya akan diperoleh data dengan skala nominal.Bagaimana menghindari terjadinya kesalahan pengukuran, paling tidak ada dua jalan. Pertama, ialah menggunakan alat dan cara ukur yang snsitif mungkin dan sudah terujikan vasiliditas dan realibitasnya.Kedua, ialah keterampilan pengukur sendiri yang diperoleh dari pengalaman.
2. Pengukuran (pengamatan) Kuantitatif
Pengukuran kuantitatifnya ialah melakukan identifikasi besar-kecilnya variasi nilai. Dengan demikian yang diukur ialah variabilitas dari suatu ciri subjek penelitian. Berbeda dengan pengukuran kualitatif, pengukuran kuantitatif ini tidak hanya mengindetifikasi ada tidaknya suatu ciri, tetapi juga kuantifikasi terhadap nilai ciri tersebut(variasinya).
Hasil dari pengukuran ini adalah data yang berskala kontinum, sejak dari skala ordinl, interval, sampai rasional, tergantung pada variabel yang dijadikan obyek ukur. Secara praktis, pengukuran suatu variabel tergantung pada definisi operasional variabel penelitian tersebut. Dalam rangka kesesuaian ini, pada waktu seorang peneliti melekukan kegiatan pengukuran perlu memperhatikan dua hal mengenai kedaan variabel, yaitu (a)dimensi pengukuran dan (b)tingkat pengukuran variabel.
(a) Dimensi Pengukuran Variabel, ialah seberapa banyak unsur atau komponen penyusun variabel tersebut. Dengan demikian peneliti perlu mengetahui variabel tersebut berdimensi tunggal atau ganda. Jika dimensi tunggal hanya tiggal melakukan pengukuran sebaik mungkin namun jika dimensi ganda maka peneliti perlu memilih mengembangkan indeks domposit.
Indeks domposit adalah suatu indeks yang merupakan hasil penggabungan berbagai nilai penyusun. Berikut ini dicontohkan variabel yang berdimensi tunggal dan ganda.
Dimensi tunggal :
- Kadar zat tertentu dalam darah
- Tekanan darah (sistolic dan diastolic)
- Berat badan
- Tinggi badan
- Panjang siklus menstruasi
- Jumlah sel, dan sebagainya.
Dimensi ganda:
- Tingkat kebersihan mulut; unsur penyusunnya (misalnya):
Plak gigi
Kalkulus gigi
Adanya karies
Adanya gingivitis, dan sebagainya
- Tingkat kekayaan; unsur penysun (misalnya):
pendapatan kotor tiap bulan
jumlah keluarga
jumlah kendaraan
besar dan keadaan rumah, dan sebagainya
untuk menyusun suau indeks domposit bagi variabel yang berdimensi ganda tersebut, dibutuhkan landasan teori yang menjelaskan seberapa besar konstribusi unsur-unsur penyusun tersebut dalam keseluruhan nilai variabel yang dimaksud.
(b) Tingkat Pengukuran Variabel. Yang dimaksud tingkat pengukuran variabel ahíla sifat variabel yang diukur, apakah berupa skala nominal, rasional , ordinal ataukah interval.

LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN
1. Tahap Persiapan Pengukuran
a. Merumuskan variabel secara operacional
b. Menentukan tingkat pengukuran variabel (level of measurement)
c. Setelah diketahui dimensi dan tingkat pengukuran variabel, kemudian dipilih metode dan alat ukur yan tepat.
2. Tahap Pra Pengukuran
Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, pengukuran baru dapat dilakukan setelah melalui satu tahapan lagi, yaitu tahp pra pengukuran. Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba alat ukur yang digunakan, agar ia tahu persis bahwa pengukuran yang akan dilakukan benar-benar memenuhi kaidah validitas dan reabilitas.
3. Tahap Pengukuran
Pada tahap pelaksanaan pengukuran ini, ada beberapa hal yang perlu dipikirkan oleh peneliti oleh karena pengaruhnye yang tidak sedikit pada hasil pengukuran. Hal yang dimaksud antara lain: instrumen penelitian (metode dan alat pengukuran)yang digunakan, subjek penelitian yang dihadapi, administrasi (pencatatan hasil) pengukuran, dan keadaan lingkungan (suasana) pengukuran dilakukan.
Terhadap faktor instrumen perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan prosedural yang menjamin validitas dan reabilitas pengukuran.Terhadap subjek penelitian perlu diperhatikan faktor-faktor subjektif yang sekiranya mempengaruhi hasil pengukuran. Terhadap faktor administrasi pengukuran, perlu kecermatan diperhatikan, sementara terhadap faktor lingkungan atau suasana pengukura perlu diperhatikan masalah konsistensi keadaan dan unsur lingkungan yang mempengaruhu subjek.
Berikut ini dikemukakan bentuk-bentuk kesalahan pengukuran yang mungkin dijumpai dalam suatu penelitian.
a. Kesalahan Sistematis, ialah kesalahan yang terjadi karena faktor alat dan pengukuran itu sendiri. Untuk menghindarinya perlu dilakukan tiga al yaitu :
- Dipilih lalat yag sudah dibakukan
- Dilakukan penaraan lebih dulu
- Dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya
b. Kesalahan Sampling, ialah kesalahan hasil pengukuran yang terjadi karena sampling pengukuran yang dilakukan tidak representatif.

V.PERUMUSAN HIPOTESIS
1. definisi hipotesis
Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang kita ingin pelajari. Hipotess adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja secara panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks.
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:
Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadang kala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi kedalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Tinggi rendahnya kegunaan hipotesis sangat bergantung dari hal berikut:
Pengamatan yang tajam dari si peneliti.
Imajinasi serta pemikiran kreatif dari si peneliti.
Kerangka analisis yang digunakan oleh si peneliti.
Metode secara desain penelitian yang dipilih oleh si peneliti.
2. Ciri-ciri hipotesis
Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri berikut:
-Hipotesis harus menyatakan hubungan.
-Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
-Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan.
-Hipotesis harus dapat diuji.
-Hipotesis harus sederhana.
-Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.
-Hipotesis harus merupakan pernyataan tentang hubungan antar variabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua atau lebih variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan. Hipotesis yang tidak mempunyai ciri diatas, sama sekali bukan hipotesis dalam pengertian metode ilmiah. Hipotesis harus sesuai dengan fakta. Artinya, hipotesis harus terang. Kandungan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti, dan tidak mengandung hal-hal yang metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan berarti hipotesis baru diterima jika hubungan yang dinyatakannya harus cocok dengan fakta. Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika tidak, maka hipotesis bukan lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan yang tidak berfungsi sama sekali.
3. Jenis-jenis hipotesis
Hipotesis, yang isi dan rumusannya bermacam-macam, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, dan tergantung dari pendekatan kita dalam membaginya. Hipotesis dapat kita bagi sebagai berikut:
Hipotesis tentang perbedaan vs hubungan.
Hipotesis kerja vs hipotesis nul.
Hipotesis common sense dan ideal.
3.1 Hipotesis hubungan dan perbedaan
Hipotesis dapat kita bagi dengan melihat apakah pernyataan sementara yang diberikan adalah hubungan ataukah perbeedaan. Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling berhubungan antara dua variable atau lebih, yang mendasari teknik korelasi…..g diberikan adalah hubungan ataukah perbeedaan...yataan sementara erapa jenis, dan tergantung dari pendekatan kita dalam memb ataupun regresi. Sebaliknya, hipotesis yang menjelaskan perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan antar variable tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variable yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian yang komperatif.
3.2 Hipotesis kerja dan hipotesis nul
Dengan melihat pada cara seseorang peneliti menyusun pernyataan dalam hipotesisnya, hipotesis dapat dibedakan antara hipotesis kerja dan nul. Hipotessis nul, yang mula-mula diperkenalkan oleh bapak statistika Fisher diformulasikan untuk ditolak sesudah pengujian. Dalam hipotesis nul ini, selalu ada implikasi “tidak ada beda”. Perumusannya bisa dalam bentuk : “tidak ada beda antara … dengan … “ hipotesis nul dapat juga ditulis dalam bentuk : “… tidak mem…”
Hipotesis nul biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Seperti telah dinyatakan diatas, hipotesis nul biasanya ditolak. Dengan menolak hipotesis nul, maka kita menerima hipotesis pasangan, yang disebut hipotesis alternatif.
3.3 Hipotesis tentang ideal vs common sense
Hipotesis acap kali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran bersahaja dengan common sense ( akal sehat ). Hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya, hipotesis sederhana tentang produksi dan status kepemilikan tanah, hipotesis mengenai hubungan tenaga kerja dengan luas garapan, hubungan antara dosis pemupukan dengan daya tahan terhadap insekta, hubungan antara kegiatan-kegiatan dalam industri, dan sebagainya.

KESIMPULAN
Tujuan utama penelitian dibidang kedokteran, dan kesehatan pada umumnya ialah mengumpulkan informasi bagi perencanan kegiatan medik-klinik maupun medik-sosial dan mengembangkan substansi ilmu kedokteran itu sendiri.Sebagaimana penelitian dibidang lain, penelitian kedokteran merupakan suatu way of thingkking yaitu cara begaimana menilai suatu fenomena problematic dengan menggunakan teori yang ada sehingga teridentifikasi dan terumuskan masalah utama yang dihadapi peneliti dengan ungkapan di atas, diketahui bahwa untuk dapat memahami metodelogi penelitian kedokteran sebagai way of thingking.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar